Jabatan adalah amanah Allah
Oleh: Ahmad Hadian Kardiadinata
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui (QS 8 Al Anfal:27).
Akhir-akhir ini ramai orang membicarakan tentang kiamat, awalnya di internet lalu menyebar melalui kabar burung dari mulut ke mulut. Hal ini terutama dipicu oleh dirilisnya film Amerika berjudul 2012. Film ini konon diilhami oleh ramalan bangsa Maya yang tinggal di Selatan Meksiko atau Guatemala yang dikenal memiliki keahlian membaca tanda-tanda alam melalui pergerakan bintang-bintang atau yang kita kenal dengan istilah Astronomi atau Ilmu Falaq. Mereka meramalkan bahwa kiamat / kehancuran alam semesta akan terjadi pada tanggal 21 Desember 2012. Kemudian muncul pula beberapa buku dari ahli fisika diantaranya, buku berjudul ‘Apocalypse 2012’ (Lawrence E. Joseph: 2007), penulis berdarah Lebanon yang menjabat sebagai Ketua Dewan Direksi Aerospace Consulting Corporation di New Mexico yang memaparkan teori tentang kemungkinan akan terjadinya gelombang elektromagnetik super dahsyat yang dikenal dengan istilah "badai matahari". Konon kejadian serupa 65 juta tahun yang lalu lah yang telah memusnahkan kehidupan Dynosaurus dimuka bumi ini.
Analisis para Fisikawan ini didasarkan pada semakin parahnya kerusakan ozon pada lapisan atmosfir bumi yang menjadi filter bagi sinar matahari yang mencapai bumi, akibatnya terjadi pemanasan dipermukaan bumi yang kita kenal dengan pemanasan global. Hal ini akan mengakibatkan mencairnya es dikutub bumi dan membuat bergesernya lempengan-lempengan permukaan bumi. Kejadian-kejadian seperti itu dalam ilmu Fisika dipercayai sebagai suatu siklus atau putaran yang akan berulang dalam kurun waktu tertentu. Dan menurut teori mereka pada era tahun 2000 an keatas inilah siklusnya tiba. Allahu a'lam.
Lantas bagaimana sikap kita sebagai muslim menyikapi hal ini? Pertama sekali hendaknya kita harus tenang, tidak usah ikut-ikutan heboh tentang hal ini, sebab itu semua hanya perkiraan akal manusia belaka yang sangat terbatas kemampuannya. Kedua; Selaku muslim kita hanya wajib yakin bahwa kiamat memang akan terjadi suatu ketika, soal waktunya kapan itu rahasia Allah swt. Allah berfirman dalam QS al Mu'min:59 "innassaa'ata la-aatiyatul laa royba fiihaa, walakin aktsaronnaasi laa yukminuun" (Sesungguhnya kiamat itu pasti datang tidak ada keraguan padanya, akan tetapi kebanyakan manusia tidak percaya).
Tidak seorang manusia pun yang pernah hidup dimuka bumi ini yang diberi tahu oleh Allah tentang waktu kedatangan kiamat, tidak para Nabi sekalipun. Rasulullah saw pun ketika ditanya sahabatnya tentang kiamat, beliau hanya menyebutkan beberapa tanda-tanda akan kedatangannya saja. Bahkan ketika beliau saw ditanya malaikat Jibril tentang itu, فأخْبِرْني عنِ السَّاعة (Beri tahu aku kapan terjadinya kiamat), beliau cuma menjawab; ماالمسْؤُوْلُ عنها بأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ (Yang ditanya tidaklah lebih tahu dari yang bertanya). Dan ketika Jibril menanyakan tentang tanda-tanda nya, beliau menerangkan beberapa tanda menjelang terjadinya kiamat itu sesuai dengan yang diajarkan oleh Allah swt.
Tentang tanda-tanda akan segera datangnya kiamat, ada satu tanda yang diberitahukan Rasulullah saw kepada kita yang kiranya relevan dengan kondisi kita saat ini, terutama jika kita mengikuti isu-isu / kejadian yang berkembang dinegeri kita khususnya yang berkaitan dengan tingkah polah manusia yang berada ditingkat elit kehidupan. Mereka itulah para penguasa, pengelola negeri ini, orang-orang yang dipundaknya tertimbun amanat rakyat yang seharusnya dipelihara sebaik-baiknya dan juga orang-orang yang bergelimang kemewahan harta.
Suatu ketika Nabi saw ditanya oleh seorang arab Badui ;
متى السّعة ؟ "Kapan akan terjadinya kiamat?", Nabi saw diam cukup lama sebelum menjawab pertanyaan ini. Kemudian Nabi saw menjawab; أذا ضُيِّعتِ الأمانة فانتظِرِالسّاعة "jika amanah telah disia-siakan maka tunggulah kehancuran / yang dimaksud adalah kiamat". Lalu orang tersebut bertanya lagi; كيف أِضاعَتُها يا رسول الله؟ "Apa maksudnya menyia-nyiakan amanah itu?". Jawab Nabi; أذا وُسَّد الامرُألى غيرِ أهْلهِ فانتظِرِالسّاعة "Jika sebuah urusan sudah diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya, maka tunggulah kehancuran itu" (HR. Bukhary).
Perlu sedikit kita fahami tentang maksud hadits ini disini. Yang dimaksud dengan ahlinya disini bukan hanya pengertian ahli dalam bahasa Indonesia yang artinya orang yang tau seluk beluk sebuah urusan secara teknis pelaksanaannya semata - seperti contohnya dalam kalimat ahli mesin, ahli hukum, ahli kesehatan dll -. Tetapi yang dimaksud Rasulullah saw seorang yang ahli amanat adalah "yang berhak menerima amanat itu / pemilik hak dari sebuah urusan"-, ini kurang lebih sama dengan kalimat yang kita kenal misalnya "ahli musibah" artinya bukan orang yang sudah ahli dalam menerima musibah, saya fikir tidak ada seorangpun dari kita yang ahli dalam urusan musibah, melainkan maksudnya orang yang sedang dirundung musibah. Maka sekali lagi yang dimaksud Rasulullah saw dengan "bahwa urusan itu mesti diserahkan kepada ahlinya, jika tidak maka tunggulah kehancurannya, hal itu disebut Nabi sebagai awal datangnya kiamat". Artinya urusan itu mesti diserahkan kepada orang yang pantas dan berhak mengembannya. Ini bersesuaian dengan firman Allah swt dalam QS an Nisaa:58;
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha melihat.
Salah satu kriteria pantas tidaknya seseorang menerima amanah sebuah urusan memang adalah keahlian / kompetensi nya pada bidang yang akan akan ditanganinya. Tetapi sesungguhnya kriteria itu bukanlah satu-satunya syarat. Mari kita lihat, betapa hari ini kita sering menyaksikan seorang yang ahli dibidang tertentu, justeru menyai-nyiakan bidang yang diurusnya. Ahli hukum justru mengakal-akali hukum untuk kepentingan pribadinya, mereka memanfaatkan celah-celah yang bisa dipakai untuk meloloskan ambisi kotornya. Ahli menajemen kepemimpinan justru memutar balik teori untuk mengekalkan kekuasaannya, ahli ekonomi justru menukang-nukangi sistem ekonomi hanya untuk menggemukan pundi-pundi harta pribadi dan kroninya saja, bahkan masya Allah, bahkan ada juga seorang yang menyandang sebutan ahli dalam bidang agama kok malah membelok-belokan penafsiran agama sesuai dengan kepentingan dan syahwat pribadinya, dia tafsirkan quran sesuai selera nafsunya tanpa merujuk kepada syarat-syarat pemahaman quran. Masya Allah inilah diantaranya sebagaimana yang dilakukan oleh kaum liberalis Islam dan orang-orang nyeleneh lainnya.
Persoalan yang saat ini tengah menjadi buah bibir dimasyarakat tentang carut marutnya penegakan hukum dinegeri ini, dimana lembaga-lembaga yang diserahi wewenang untuk mengurusi dan menegakkan hukum, yang seharusnya memberantas kezholiman, menghentikan pencurian harta rakyat, memberi hukuman bagi yang bersalah...alih-alih mereka bekerja sesuai tugasnya, malah sesama mereka saling curiga dan saling menghantam. Disisi lain orang-orang yang punya uang berlimpah sesuka hatinya mengatur-atur para pejabat agar kebijakannya memihak kepada kepentingan pribadinya. Jadilah rakyat kebingungan mana yang salah mana yang benar, tak jelas lagi siapa kawan dan siapa lawan. Astaghfirullah al azhiim...jangan Engkau timpakan murka Mu kepada bangsa ini ya Rabbana dikarenakan kezholiman sebagian penduduknya !
Saudaraku, jika kita mau jujur memandang, ini semua salah satu penyebabnya adalah karena tidak amanahnya orang yang diserahi sebuah urusan. Terlebih-lebih urusan penegakan hukum yang oleh Allah betul-betul diwanti-wanti dalam al Quran. Sebab hukum ini panglima, bayangkan seorang panglima yang menguasai satu pasukan tentara yang siap menyerang dengan persenjataan lengkap, lalu panglimanya itu tidak adil, tidak amanah, serakah, rakus akan kedudukan duniawi, orientasi hidupnya hanya kepada harta dan kekuasaan....masya Allah...betapa berbahayanya pasukan yang bersenjata itu, mereka bisa jadi singa buas yang kelaparan dan memangsa apapun yang ada dihadapannya. Sebaliknya ditangan panglima yang adil dan amanah pasukan yang kuat akan menjadi pengayom dan pelindung rakyat yang menentramkan semua.
Jadi saudaraku, menurut hemat saya dengan merujuk kepada firman Allah dan sabda Rasul tadi, untuk berhak mengemban sebuah urusan, seseorang tidak hanya cukup memiliki keahlian secara teknis belaka – atau dalam istilah Inggrisnya, Know How - tetapi ia juga wajib memiliki kemampuan Know Who – maksudnya dia wajib tahu dan sadar siapa dirinya, dari mana ia berasal, siapa yang menciptakannya, siapa yang telah memberinya nikmat sehingga ia akan tahu kepada siapa ia harus tunduk. Maka insya Allah orang seperti ini dalam mengemban amanah rakyatnya akan senantiasa hati-hati karena ia tahu ada dzat yang ia takuti yaitu Tuhannya sendiri. Kemudian juga ia wajib memiliki kemampuan Know When, artinya ia wajib tahu bahwa segala sesuatunya memiliki masa atau saat.
Ada waktu yang membatasi segala sesuatu, dan masa itu satu ketika pasti tiba. Masa dimana siapapaun akan mati, meninggalkan segala jabatan, kemegahan dan amanah yang dimilikinya. Masa dimana siapapun akan ditanya tentang pertanggung-jawaban akan amanah yang diembannya selama hidup didunia. Masa perhitungan itulah Yaumud diin / yaumul jazaa (hari pembalasan atas amal manusia).
Saya yakin, seseorang yang mengemban amanah dengan kriteria keahlian yang lengkap seperti tadi, insya Allah ia akan selamat menunaikan amanahnya dan akan menghasilkan kebaikan demi kebaikan bagi rakyat. Tetapi manakala kriteria kepantasan seseorang dalam mengemban amanah hanya terbatas pada kemampuan teknis semata, tunggu sajalah kehancurannya.
Tanpa berniat su-uzhon kepada siapapun, mari kita berintrospeksi diri; jangan-jangan musibah-musibah yang beruntun menimpa negeri ini, salah satunya adalah akibat para pengemban amanah yang telah menyia-nyiakan amanah mereka. Sebab orang yang menerima amanah itu hanya tahu tentang tata cara teknis semata, sedangkan dalam hal iman dan pemahaman (ma'rifah) akan jati dirinya, ma'rifah akan Tuhannya dan ma'rifah akan Islamnya amat sangat tidak memadai.
Mohon maaf, tanpa bermaksud berpandai diri atau mencampuri urusan yang bukan milik kita, tetapi ini sekedar bahan renungan sebab kegiatan memilih pengemban amanat ini senantiasa akan kita lakukan terus kedepan sebab sudah menjadi kewajiban sebagai bangsa.
Jika calon pengemban sebuah urusan diseleksi dengan cara men-fit & proper test yang bersangkutan sebelumnya melalui penelitian keahlian, keilmuan, wawasan dan kesehatan....kita sangat sepakat akan hal itu. Tetapi akan lebih sepakat lagi jika kita dalam menentukan seseorang yang akan kita amanahi sebuah urusan kita mem- fit & proper test juga tentang pemahamannya soal agamanya, realisasi pengamalannya dalam agamanya, kekuatan integritasnya kepada Islam sebagai aturan hidupnya, kebaikan akhlak kesehariannya, keistiqomahannya kepada manhaj Ilahi dalam segala hal dalam hidupnya, kedewasaa dan kesholihan nya dalam menyikapi berbagai dinamika kehidupan dan kita juga harus melihat track record / rekam jejak nya selama ini, adakah ia orang yang hanif atau justru yang gemar akan maksiat dan sebagainya.
Kita sadar saudaraku, manusia tidak ada yang sempurna, sebagaimanan kata pepatah "jika kalian mencari orang yang sempurna maka kalian tidak akan punya kawan". Tetapi yang terpenting kita berupaya mencari semaksimal mungkin sehingga apa yang akan didapat adalah paling tidak yang terbaik dari dari yang ada.
Kembali pada soal isu akan segera terjadi kiamat. Mengenai kapan waktunya, tidak perlu kita bahas sebab itu buka domain kita. Namun jika kita melihat kondisi dunia hari ini, kiranya tak salah juga jika kita percaya bahwa "Kiamat memang sudah dekat"
Wallahu 'alaam bish showwab. Aquluu qowly haadza waastaghfirullaha liy waakum.
NEWS UPDATE>>
0 komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan komentar anda di sini !