Isilah Buku Tamu


ShoutMix chat widget
NEWS UPDATE>>

Jumat, 04 Desember 2009

RENUNGAN (Khutbah Jum'at)

‎Jabatan adalah amanah Allah
Oleh: Ahmad Hadian Kardiadinata

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul ‎‎(Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang ‎dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui (QS 8 Al Anfal:27).‎

Akhir-akhir ini ramai orang membicarakan tentang kiamat, awalnya di internet lalu ‎menyebar melalui kabar burung dari mulut ke mulut. Hal ini terutama dipicu oleh ‎dirilisnya film Amerika berjudul 2012. Film ini konon diilhami oleh ramalan bangsa ‎Maya yang tinggal di Selatan Meksiko atau Guatemala yang dikenal memiliki keahlian ‎membaca tanda-tanda alam melalui pergerakan bintang-bintang atau yang kita kenal ‎dengan istilah Astronomi atau Ilmu Falaq. Mereka meramalkan bahwa kiamat / ‎kehancuran alam semesta akan terjadi pada tanggal 21 Desember 2012. Kemudian ‎muncul pula beberapa buku dari ahli fisika diantaranya, buku berjudul ‘Apocalypse ‎‎2012’ (Lawrence E. Joseph: 2007), penulis berdarah Lebanon yang menjabat sebagai ‎Ketua Dewan Direksi Aerospace Consulting Corporation di New Mexico yang ‎memaparkan teori tentang kemungkinan akan terjadinya gelombang elektromagnetik ‎super dahsyat yang dikenal dengan istilah "badai matahari". Konon kejadian serupa 65 ‎juta tahun yang lalu lah yang telah memusnahkan kehidupan Dynosaurus dimuka bumi ‎ini. ‎
Analisis para Fisikawan ini didasarkan pada semakin parahnya kerusakan ozon pada ‎lapisan atmosfir bumi yang menjadi filter bagi sinar matahari yang mencapai bumi, ‎akibatnya terjadi pemanasan dipermukaan bumi yang kita kenal dengan pemanasan ‎global. Hal ini akan mengakibatkan mencairnya es dikutub bumi dan membuat ‎bergesernya lempengan-lempengan permukaan bumi. Kejadian-kejadian seperti itu ‎dalam ilmu Fisika dipercayai sebagai suatu siklus atau putaran yang akan berulang ‎dalam kurun waktu tertentu. Dan menurut teori mereka pada era tahun 2000 an keatas ‎inilah siklusnya tiba. Allahu a'lam.‎

Lantas bagaimana sikap kita sebagai muslim menyikapi hal ini? Pertama sekali ‎hendaknya kita harus tenang, tidak usah ikut-ikutan heboh tentang hal ini, sebab itu ‎semua hanya perkiraan akal manusia belaka yang sangat terbatas kemampuannya. ‎Kedua; Selaku muslim kita hanya wajib yakin bahwa kiamat memang akan terjadi ‎suatu ketika, soal waktunya kapan itu rahasia Allah swt. Allah berfirman dalam QS al ‎Mu'min:59 "innassaa'ata la-aatiyatul laa royba fiihaa, walakin aktsaronnaasi laa ‎yukminuun" (Sesungguhnya kiamat itu pasti datang tidak ada keraguan padanya, akan ‎tetapi kebanyakan manusia tidak percaya).‎

Tidak seorang manusia pun yang pernah hidup dimuka bumi ini yang diberi tahu oleh ‎Allah tentang waktu kedatangan kiamat, tidak para Nabi sekalipun. Rasulullah saw pun ‎ketika ditanya sahabatnya tentang kiamat, beliau hanya menyebutkan beberapa tanda-‎tanda akan kedatangannya saja. Bahkan ketika beliau saw ditanya malaikat Jibril ‎tentang itu, ‎فأخْبِرْني عنِ السَّاعة‎ (Beri tahu aku kapan terjadinya kiamat), beliau cuma ‎menjawab; ‎ماالمسْؤُوْلُ عنها بأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ‎ (Yang ditanya tidaklah lebih tahu dari yang ‎bertanya). Dan ketika Jibril menanyakan tentang tanda-tanda nya, beliau menerangkan ‎beberapa tanda menjelang terjadinya kiamat itu sesuai dengan yang diajarkan oleh ‎Allah swt.‎

Tentang tanda-tanda akan segera datangnya kiamat, ada satu tanda yang diberitahukan ‎Rasulullah saw kepada kita yang kiranya relevan dengan kondisi kita saat ini, terutama ‎jika kita mengikuti isu-isu / kejadian yang berkembang dinegeri kita khususnya yang ‎berkaitan dengan tingkah polah manusia yang berada ditingkat elit kehidupan. Mereka ‎itulah para penguasa, pengelola negeri ini, orang-orang yang dipundaknya tertimbun ‎amanat rakyat yang seharusnya dipelihara sebaik-baiknya dan juga orang-orang yang ‎bergelimang kemewahan harta. ‎

Suatu ketika Nabi saw ditanya oleh seorang arab Badui ;‎
متى السّعة ؟ ‏‎ "Kapan akan terjadinya kiamat?", Nabi saw diam cukup lama sebelum ‎menjawab pertanyaan ini. Kemudian Nabi saw menjawab; ‎‏ أذا ضُيِّعتِ الأمانة فانتظِرِالسّاعة‎ ‎‎"jika amanah telah disia-siakan maka tunggulah kehancuran / yang dimaksud adalah ‎kiamat". Lalu orang tersebut bertanya lagi; ‎كيف أِضاعَتُها يا رسول الله؟‎ "Apa maksudnya ‎menyia-nyiakan amanah itu?". Jawab Nabi; ‎أذا وُسَّد الامرُألى غيرِ أهْلهِ فانتظِرِالسّاعة ‏‎ "Jika ‎sebuah urusan sudah diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya, maka tunggulah ‎kehancuran itu" (HR. Bukhary).‎

Perlu sedikit kita fahami tentang maksud hadits ini disini. Yang dimaksud dengan ‎ahlinya disini bukan hanya pengertian ahli dalam bahasa Indonesia yang artinya orang ‎yang tau seluk beluk sebuah urusan secara teknis pelaksanaannya semata - seperti ‎contohnya dalam kalimat ahli mesin, ahli hukum, ahli kesehatan dll -. Tetapi yang ‎dimaksud Rasulullah saw seorang yang ahli amanat adalah "yang berhak menerima ‎amanat itu / pemilik hak dari sebuah urusan"-, ini kurang lebih sama dengan kalimat ‎yang kita kenal misalnya "ahli musibah" artinya bukan orang yang sudah ahli dalam ‎menerima musibah, saya fikir tidak ada seorangpun dari kita yang ahli dalam urusan ‎musibah, melainkan maksudnya orang yang sedang dirundung musibah. Maka sekali ‎lagi yang dimaksud Rasulullah saw dengan "bahwa urusan itu mesti diserahkan kepada ‎ahlinya, jika tidak maka tunggulah kehancurannya, hal itu disebut Nabi sebagai awal ‎datangnya kiamat". Artinya urusan itu mesti diserahkan kepada orang yang pantas dan ‎berhak mengembannya. Ini bersesuaian dengan firman Allah swt dalam QS an ‎Nisaa:58;‎
‎ ‏
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak ‎menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia ‎supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang ‎sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha ‎melihat.‎

Salah satu kriteria pantas tidaknya seseorang menerima amanah sebuah urusan ‎memang adalah keahlian / kompetensi nya pada bidang yang akan akan ditanganinya. ‎Tetapi sesungguhnya kriteria itu bukanlah satu-satunya syarat. Mari kita lihat, betapa ‎hari ini kita sering menyaksikan seorang yang ahli dibidang tertentu, justeru menyai-‎nyiakan bidang yang diurusnya. Ahli hukum justru mengakal-akali hukum untuk ‎kepentingan pribadinya, mereka memanfaatkan celah-celah yang bisa dipakai untuk ‎meloloskan ambisi kotornya. Ahli menajemen kepemimpinan justru memutar balik ‎teori untuk mengekalkan kekuasaannya, ahli ekonomi justru menukang-nukangi sistem ‎ekonomi hanya untuk menggemukan pundi-pundi harta pribadi dan kroninya saja, ‎bahkan masya Allah, bahkan ada juga seorang yang menyandang sebutan ahli dalam ‎bidang agama kok malah membelok-belokan penafsiran agama sesuai dengan ‎kepentingan dan syahwat pribadinya, dia tafsirkan quran sesuai selera nafsunya tanpa ‎merujuk kepada syarat-syarat pemahaman quran. Masya Allah inilah diantaranya ‎sebagaimana yang dilakukan oleh kaum liberalis Islam dan orang-orang nyeleneh ‎lainnya. ‎

Persoalan yang saat ini tengah menjadi buah bibir dimasyarakat tentang carut marutnya ‎penegakan hukum dinegeri ini, dimana lembaga-lembaga yang diserahi wewenang ‎untuk mengurusi dan menegakkan hukum, yang seharusnya memberantas kezholiman, ‎menghentikan pencurian harta rakyat, memberi hukuman bagi yang bersalah...alih-alih ‎mereka bekerja sesuai tugasnya, malah sesama mereka saling curiga dan saling ‎menghantam. Disisi lain orang-orang yang punya uang berlimpah sesuka hatinya ‎mengatur-atur para pejabat agar kebijakannya memihak kepada kepentingan ‎pribadinya. Jadilah rakyat kebingungan mana yang salah mana yang benar, tak jelas ‎lagi siapa kawan dan siapa lawan. Astaghfirullah al azhiim...jangan Engkau timpakan ‎murka Mu kepada bangsa ini ya Rabbana dikarenakan kezholiman sebagian ‎penduduknya ! ‎
Saudaraku, jika kita mau jujur memandang, ini semua salah satu penyebabnya adalah ‎karena tidak amanahnya orang yang diserahi sebuah urusan. Terlebih-lebih urusan ‎penegakan hukum yang oleh Allah betul-betul diwanti-wanti dalam al Quran. Sebab ‎hukum ini panglima, bayangkan seorang panglima yang menguasai satu pasukan ‎tentara yang siap menyerang dengan persenjataan lengkap, lalu panglimanya itu tidak ‎adil, tidak amanah, serakah, rakus akan kedudukan duniawi, orientasi hidupnya hanya ‎kepada harta dan kekuasaan....masya Allah...betapa berbahayanya pasukan yang ‎bersenjata itu, mereka bisa jadi singa buas yang kelaparan dan memangsa apapun yang ‎ada dihadapannya. Sebaliknya ditangan panglima yang adil dan amanah pasukan yang ‎kuat akan menjadi pengayom dan pelindung rakyat yang menentramkan semua.‎

Jadi saudaraku, menurut hemat saya dengan merujuk kepada firman Allah dan sabda ‎Rasul tadi, untuk berhak mengemban sebuah urusan, seseorang tidak hanya cukup ‎memiliki keahlian secara teknis belaka – atau dalam istilah Inggrisnya, Know How - ‎tetapi ia juga wajib memiliki kemampuan Know Who – maksudnya dia wajib tahu dan ‎sadar siapa dirinya, dari mana ia berasal, siapa yang menciptakannya, siapa yang telah ‎memberinya nikmat sehingga ia akan tahu kepada siapa ia harus tunduk. Maka insya ‎Allah orang seperti ini dalam mengemban amanah rakyatnya akan senantiasa hati-hati ‎karena ia tahu ada dzat yang ia takuti yaitu Tuhannya sendiri. Kemudian juga ia wajib ‎memiliki kemampuan Know When, artinya ia wajib tahu bahwa segala sesuatunya ‎memiliki masa atau saat. ‎
Ada waktu yang membatasi segala sesuatu, dan masa itu satu ketika pasti tiba. Masa ‎dimana siapapaun akan mati, meninggalkan segala jabatan, kemegahan dan amanah ‎yang dimilikinya. Masa dimana siapapun akan ditanya tentang pertanggung-jawaban ‎akan amanah yang diembannya selama hidup didunia. Masa perhitungan itulah ‎Yaumud diin / yaumul jazaa (hari pembalasan atas amal manusia).‎

Saya yakin, seseorang yang mengemban amanah dengan kriteria keahlian yang ‎lengkap seperti tadi, insya Allah ia akan selamat menunaikan amanahnya dan akan ‎menghasilkan kebaikan demi kebaikan bagi rakyat. Tetapi manakala kriteria ‎kepantasan seseorang dalam mengemban amanah hanya terbatas pada kemampuan ‎teknis semata, tunggu sajalah kehancurannya.‎
Tanpa berniat su-uzhon kepada siapapun, mari kita berintrospeksi diri; jangan-jangan ‎musibah-musibah yang beruntun menimpa negeri ini, salah satunya adalah akibat para ‎pengemban amanah yang telah menyia-nyiakan amanah mereka. Sebab orang yang ‎menerima amanah itu hanya tahu tentang tata cara teknis semata, sedangkan dalam hal ‎iman dan pemahaman (ma'rifah) akan jati dirinya, ma'rifah akan Tuhannya dan ‎ma'rifah akan Islamnya amat sangat tidak memadai.‎

Mohon maaf, tanpa bermaksud berpandai diri atau mencampuri urusan yang ‎bukan milik kita, tetapi ini sekedar bahan renungan sebab kegiatan memilih ‎pengemban amanat ini senantiasa akan kita lakukan terus kedepan sebab sudah ‎menjadi kewajiban sebagai bangsa. ‎
Jika calon pengemban sebuah urusan diseleksi dengan cara men-fit & proper test yang ‎bersangkutan sebelumnya melalui penelitian keahlian, keilmuan, wawasan dan ‎kesehatan....kita sangat sepakat akan hal itu. Tetapi akan lebih sepakat lagi jika kita ‎dalam menentukan seseorang yang akan kita amanahi sebuah urusan kita mem- fit & ‎proper test juga tentang pemahamannya soal agamanya, realisasi pengamalannya ‎dalam agamanya, kekuatan integritasnya kepada Islam sebagai aturan hidupnya, ‎kebaikan akhlak kesehariannya, keistiqomahannya kepada manhaj Ilahi dalam segala ‎hal dalam hidupnya, kedewasaa dan kesholihan nya dalam menyikapi berbagai ‎dinamika kehidupan dan kita juga harus melihat track record / rekam jejak nya selama ‎ini, adakah ia orang yang hanif atau justru yang gemar akan maksiat dan sebagainya.‎
Kita sadar saudaraku, manusia tidak ada yang sempurna, sebagaimanan kata pepatah ‎‎"jika kalian mencari orang yang sempurna maka kalian tidak akan punya kawan". ‎Tetapi yang terpenting kita berupaya mencari semaksimal mungkin sehingga apa yang ‎akan didapat adalah paling tidak yang terbaik dari dari yang ada. ‎

Kembali pada soal isu akan segera terjadi kiamat. Mengenai kapan waktunya, tidak ‎perlu kita bahas sebab itu buka domain kita. Namun jika kita melihat kondisi dunia hari ‎ini, kiranya tak salah juga jika kita percaya bahwa "Kiamat memang sudah dekat"‎
Wallahu 'alaam bish showwab. Aquluu qowly haadza waastaghfirullaha liy waakum.‎

0 komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan komentar anda di sini !

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More