Anis Byarwati, Ketua Bidang Perempuan DPP Partai Keadilan Sejahtera - (Foto: istimewa)
|
INILAH.COM, Jakarta – Pada masa perang kemerdekaan melawan penjajah, bangsa Indonesia dikenal memiliki karakter yang kuat.
Hal itu, dilihat dari keberanian yang luar biasa untuk melawan penjajah meski berbekal senjata seadanya, yaitu bambu runcing. Dengan slogan “merdeka atau mati”, para pejuang Indonesia siap bertempur memperjuangkan kebebasan dan harga diri bangsa. Tiada keluhan dan tiada berpangku pangan, meski sumber daya sangat terbatas.
Bandingkanlah dengan kondisi karakter bangsa saat ini. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimiliki oleh bangsa Indonesia tak seiring dengan semakin kuatnya karakter bangsa, justru sebaliknya. Benih-benih memudarnya kekuatan karakter bangsa sudah nampak. Korupsi yang tak habis-habis, maraknya tawuran remaja maupun tawuran warga, perang antar suku, budaya suap menyuap, dan banyaknya pelajar/mahasiswa yang menjadi penyalahguna narkoba adalah sejumlah indikator yang menunjukkan mulai melemahnya karakter bangsa Indonesia. Mengapa ini terjadi?
“Tak dipungkuri kekuatan karakter bangsa Indonesia di masa perjuangan kemerdekaan berasal dari kuatnya ketahanan keluarga para pejuang kemerdekaan. Karakter bangsa berbanding lurus dengan karakter bangsa. Jika karakter keluarga kuat maka karakter bangsapun akan kuat. Sementara kondisi saat ini, ketahanan keluarga Indonesia mulai berada dalam ambang kerapuhan”, kata Anis Byarwati, Ketua Bidang Perempuan DPP Partai Keadilan Sejahtera, Minggu (23/6/2013).
Lebih lanjut, Anis menguraikan bahwa di masa perjuangan kemerdekaan, bangsa Indonesia memiliki Cut Nyak Dien, seorang srikandi Aceh yang sejak muda telah berjuang melawan Belanda bersama suaminya. Kekompakan dalam berkeluarga dan kesamaan dalam perjuangan telah menjadi inspirasi dan semangat yang kuat bagi Cut Nyak Dien untuk tidak pantang menyerah melawan penjajah Belanda. Begitu pula dengan keluarga KH. Ahmad Dahlan, keberhasilannya dalam mencerdaskan dan mensejahterakan masyarakat tidak luput dari peran aktif istrinya, Siti Walidah dalam menguatkan ketahanan keluarganya dan berperan aktif dalam perjuangan.
Bandingkan dengan kondisi keluarga Indonesia saat ini. Anis mengutip data dari Badan Urusan Peradilan Agama (Badilag) Mahkamah Agung (MA) yang mencatat bahwa sejak 2005 angka perceraian di Indonesia meningkat di atas 10% setiap setahunnya. “Bahkan data dari hasil konsultasi klien psikolog menyebutkan 3 dari 10 pernikahan di Indonesia berakhir dengan perceraian”, jelas Anis penuh keprihatinan.
“Saat ini keluarga Indonesia mengalami terpaan ujian. Oleh karena itu, menjadi komitmen kita, anak-anak bangsa untuk berjuangkan mengokohkannya”, ujar Anis lagi.
Anis mengatakan keluarga adalah wahana penopang bangsa. Keluarga adalah entitas sekaligus aset vital yang perlu diayomi, ditingkatkan kapasitas dan kualitasnya, karena keluarga adalah rumah jiwa bangsa. Oleh karena itu, dalam rangka memaknai Hari Keluarga Nasional (HKN) 2013, Bidang Perempuan DPP PKS kembali mengajak semua masyarakat dan elemen bangsa untuk bersama-sama bergandengan tangan memperkuat ketahanan keluarga Indonesia.
“Tidak kata terlambat untuk memulai sebuah kebaikan, termasuk tidak ada kata terlambat untuk memulai sebuah upaya memperkuat simpul simpul ikatan dalam keluarga, bangsa tanpa keluarga bagaikan bangunan mewah tak berjiwa. Keluarga tanpa perlindungan negara juga bagaikan rumah renta dilanda badai”, tutup Anis.
Perempuan PKS sendiri, sejak beberapa tahun belakangan ini, secara aktif telah melakukan berbagai upaya meningkatkan ketahanan keluarga Indonesia di tingkat akar rumput. Melalui Program Keluarga Berkualitas, Perempuan PKS di seluruh Indonesia telah mendirikan Rumah Keluarga Indonesia (RKI), sebuah wadah bagi keluarga Indonesia untuk melakukan berbagai kegiatan yang bertujuan mengikat simpul-simpul keharmonisan keluarga.
Selain itu, perempuan PKS juga telah memiliki program Pos Ekonomi Keluarga (Pos EKa) yang bertujuan meningkatkan ekonomi keluarga Indonesia. RKI dan Pos EKa telah berdiri di 33 provinsi di Indonesia. Hal yang tak kalah penting yang sudah dilakukan oleh perempuan PKS adalah melakukan sosialisasi tentang pentingnya perlindungan keluarga. Sosialiasi ini telah dilakukan di lebih dari 20 provinsi di Indonesia.
Bandingkanlah dengan kondisi karakter bangsa saat ini. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimiliki oleh bangsa Indonesia tak seiring dengan semakin kuatnya karakter bangsa, justru sebaliknya. Benih-benih memudarnya kekuatan karakter bangsa sudah nampak. Korupsi yang tak habis-habis, maraknya tawuran remaja maupun tawuran warga, perang antar suku, budaya suap menyuap, dan banyaknya pelajar/mahasiswa yang menjadi penyalahguna narkoba adalah sejumlah indikator yang menunjukkan mulai melemahnya karakter bangsa Indonesia. Mengapa ini terjadi?
“Tak dipungkuri kekuatan karakter bangsa Indonesia di masa perjuangan kemerdekaan berasal dari kuatnya ketahanan keluarga para pejuang kemerdekaan. Karakter bangsa berbanding lurus dengan karakter bangsa. Jika karakter keluarga kuat maka karakter bangsapun akan kuat. Sementara kondisi saat ini, ketahanan keluarga Indonesia mulai berada dalam ambang kerapuhan”, kata Anis Byarwati, Ketua Bidang Perempuan DPP Partai Keadilan Sejahtera, Minggu (23/6/2013).
Lebih lanjut, Anis menguraikan bahwa di masa perjuangan kemerdekaan, bangsa Indonesia memiliki Cut Nyak Dien, seorang srikandi Aceh yang sejak muda telah berjuang melawan Belanda bersama suaminya. Kekompakan dalam berkeluarga dan kesamaan dalam perjuangan telah menjadi inspirasi dan semangat yang kuat bagi Cut Nyak Dien untuk tidak pantang menyerah melawan penjajah Belanda. Begitu pula dengan keluarga KH. Ahmad Dahlan, keberhasilannya dalam mencerdaskan dan mensejahterakan masyarakat tidak luput dari peran aktif istrinya, Siti Walidah dalam menguatkan ketahanan keluarganya dan berperan aktif dalam perjuangan.
Bandingkan dengan kondisi keluarga Indonesia saat ini. Anis mengutip data dari Badan Urusan Peradilan Agama (Badilag) Mahkamah Agung (MA) yang mencatat bahwa sejak 2005 angka perceraian di Indonesia meningkat di atas 10% setiap setahunnya. “Bahkan data dari hasil konsultasi klien psikolog menyebutkan 3 dari 10 pernikahan di Indonesia berakhir dengan perceraian”, jelas Anis penuh keprihatinan.
“Saat ini keluarga Indonesia mengalami terpaan ujian. Oleh karena itu, menjadi komitmen kita, anak-anak bangsa untuk berjuangkan mengokohkannya”, ujar Anis lagi.
Anis mengatakan keluarga adalah wahana penopang bangsa. Keluarga adalah entitas sekaligus aset vital yang perlu diayomi, ditingkatkan kapasitas dan kualitasnya, karena keluarga adalah rumah jiwa bangsa. Oleh karena itu, dalam rangka memaknai Hari Keluarga Nasional (HKN) 2013, Bidang Perempuan DPP PKS kembali mengajak semua masyarakat dan elemen bangsa untuk bersama-sama bergandengan tangan memperkuat ketahanan keluarga Indonesia.
“Tidak kata terlambat untuk memulai sebuah kebaikan, termasuk tidak ada kata terlambat untuk memulai sebuah upaya memperkuat simpul simpul ikatan dalam keluarga, bangsa tanpa keluarga bagaikan bangunan mewah tak berjiwa. Keluarga tanpa perlindungan negara juga bagaikan rumah renta dilanda badai”, tutup Anis.
Perempuan PKS sendiri, sejak beberapa tahun belakangan ini, secara aktif telah melakukan berbagai upaya meningkatkan ketahanan keluarga Indonesia di tingkat akar rumput. Melalui Program Keluarga Berkualitas, Perempuan PKS di seluruh Indonesia telah mendirikan Rumah Keluarga Indonesia (RKI), sebuah wadah bagi keluarga Indonesia untuk melakukan berbagai kegiatan yang bertujuan mengikat simpul-simpul keharmonisan keluarga.
Selain itu, perempuan PKS juga telah memiliki program Pos Ekonomi Keluarga (Pos EKa) yang bertujuan meningkatkan ekonomi keluarga Indonesia. RKI dan Pos EKa telah berdiri di 33 provinsi di Indonesia. Hal yang tak kalah penting yang sudah dilakukan oleh perempuan PKS adalah melakukan sosialisasi tentang pentingnya perlindungan keluarga. Sosialiasi ini telah dilakukan di lebih dari 20 provinsi di Indonesia.
0 komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan komentar anda di sini !