Pada Kesempatan kali ini saya ingin sedikit menuliskan apa yang saya tahu guna menanggapi tulisan Saudara Ninoy N Karundeng yang katanya gak bakalan nulis tetang PKS lagi tapi kali ini menulis tentang PKS yang berjudul PKS Harus Belajar dari FPI, Muhammadiyah, NU untuk 3 Besar! 01 May 2013 | 20:20
Dari judulnya, ada harapan penulis agar PKS menjadi partai yang masuk dalam 3 Besar Pemilu 2014. Saya membaca tulisan tersbut kemarin malam sesaat sebelum istirahat menunggu mainnya Barcelona vs Bayern Muenchen. Setelah membaca keseluruhannya, entah mengapa hati ini geram dan bertanya-tanya, seburuk inikah PKS, selicik inikah PKS?Partai yang selama ini saya berada didalamnya, bergerak bersama, berjuang dengan keikhlasan tanpa mengharapkan apapun kecuali banyak pembelajaran. Saya juga sempat berpikir, apakah seluruh masyarakat Indonesia berpikir sama apa yang Saudara Ninoy katakan?
Dari judulnya, ada harapan penulis agar PKS menjadi partai yang masuk dalam 3 Besar Pemilu 2014. Saya membaca tulisan tersbut kemarin malam sesaat sebelum istirahat menunggu mainnya Barcelona vs Bayern Muenchen. Setelah membaca keseluruhannya, entah mengapa hati ini geram dan bertanya-tanya, seburuk inikah PKS, selicik inikah PKS?Partai yang selama ini saya berada didalamnya, bergerak bersama, berjuang dengan keikhlasan tanpa mengharapkan apapun kecuali banyak pembelajaran. Saya juga sempat berpikir, apakah seluruh masyarakat Indonesia berpikir sama apa yang Saudara Ninoy katakan?
Kalau memang PKS seperti itu, berarti saya sudah bergabung pada jamaah yang kurang tepat. Jamaah yang hanya menunggangi Islam untuk mencari kekuasaan semata. Tapi lagi-lagi hati nurani berkata walaupun sangat kecil, yang mengantarkan mata ini untuk sedikit terlelap.
Alarm berbunyi untuk menyaksikan Barcelona vs Bayern, disela-sela itu saya menyempatkan untuk sholat tahajjud. Setelah sholat, saya kembali bertanya-tanya, apakahmasyarakat Indonesia semuanya mempunyai pikiran yang sama dengan Saudara Ninoy,ataukah hanya sebagian orang saja seperti itu ataukah hanya Saudara Ninoy saja?
Apakah PKS seburuk itu, memanfaatkan Dakwah untuk kepentingan-kepentingan dankekuasaan pribadi saja?
Saya berpikir, bagaiaman bisa PKS melakukan itu semua ketika Jamaah ini mengajarkan kepada para kadernya untuk mengedepankan 'amar makruf nahi mungkar'. Kader yang tiap pekan di evaluasi amalan yaumiah-nya (amalan harian), hanya berpikir untuk memperolah hasrat pribadi. Kader yang selalu dipahamkan tentang 10 Muwashofat Tarbiyah bisa melakukan seperti itu. SAYA RASA TIDAK MUNGKIN KEGIATAN BURUK ITU DILAKUKAN SECARA BERJAMAAH DI DALAM PKS dan saya tidak pernah merasakan itu ketika berada bersama di dalam jamaah ini.
Oke, terlepas dari itu saya ingin sedikit menanggapi isi artikel Saudara Ninoy tentang "PKS Harus Belajar dari FPI, Muhammadiyah, NU untuk 3 Besar!"
Pada artiket tersbut banyak prasangka-prasangka yang sepertinya perlu klarifikasi langsung. “Tidak lewat Forum KOMPASIANA” yang cenderung bebas untuk mengetahui kebenara-kebenarannya. Kenapa? Di forum ini semua bebas berpendapat, mau salah, mau benar itu hak siapa saja. Ada yang merasa dan menganggap dirinya Kader PKS dan ternyata bukan Kader PKS, di sini juga bisa. Ada kader dan simpatisan PKS yang membela mati-matian PKS, di sini juga bisa. Bahkan menjelek-jelekkan PKS habis-habisan, di sini juga bisa.
Jadi saya rasa untuk proses klarifikasi perlu dari orang-orang yang betul-betul tahu. Keluar dari forum ini dan bertemulah secara langsung dengan mereka, telpon, sms mereka kalau ingin betul-betul minta klarifikasi (tabayyun), karena tanpa itu semua jadi Dusta.
Oke kita masuk pada artikel tersebut, saya mengutip beberapa penggalan kalimat:
PKS alias Partai Keadilan Sejahtera kebablasan dalam melakukan penggalangan kaderisasi. PKS dengan caranya sendiri mengidentifikasi dirinya sebagai Islam dan Islam sebagai PKS.Saya tidak tahu apa maksud dari kebablasan ini dan saya tidak tahu apakah ada informasi terbaru bahwa PKS kebablasan dalam menjaring kader. Kalau kita mau objektif melihat partai-partai yang ada saat ini, PKS satu-satunya partai yang mempunyai system kaderisasi yang sangat matang. Hal ini diakui oleh banyak pakar politik seperti: J Kristiadi, Burhanuddin Muhtadi, Hanta Yudha, Winarto Wijaya dan Eep Saefullah, serta pakar Komunikasi Dr. Tjipta dan Efendi Ghazali. Oleh karena itu Presiden PKS Anis Matta mengatakan bahwa PKS adalah School of Leadership. Itu sudah ditunjukkan oleh PKS. Kalau memang PKS kebablasan, itu sangat mungkin untuk diatasi. Selanjutnya...
Apakah benar PKS mewakili Islam? Siapa yang memberikan delegasi dan hak bahwa PKS adalah wakil Islam?Pertanyaannya adalah "Apakah perlu delegasi untuk mewakili umat Islam di dalam parlemen di negara demokrasi ini?" Bagaimana dengan PKB, PPP, PBB dan beberapa partai berasaskan Islam lainnya, apakah partai-partai itu delegasi dari umat Islam di Indonesia?
Kalau kita memahami keberagaman, tentunya kita bisa jawab pertanyaan-pertanyaan di atas. PKS adalah partai yang berasaskan Islam, berlandaskan Alquran dan Sunnah, sedangkan ISLAM adalah agama "Rahmatan Lil Alamin" (Rahmat bagi semesta alam). PKS adalah partai yang mempunyai konsep tersendiri dalam berparlemen/bernegara. Begitu juga dengan PKB, PPP, PAN. PKS tidak memaksakan seluruh umat Islam memilih partai ini. Tapi PKS menawarkan konsep berparlemen yang tertuang dalam platform falsafah dasar Partai Keadilan Sejahtera. Umat Islam pun berhak memilih partai Islam yang sesuai dengannya.Apakah itu salah? Saya rasa tidak sama sekali.
Klaim PKS yang mengangkat diri mereka sebagai partai dakwah juga jelas bisa menodai Islam karena tidak ada satu pun ajaran Islam yang mengajarkan muslim untuk berpartai."Apakah betul PKS bisa menodai Islam?" Ini sudah berita lama yang dihembuskan oleh kaum-kaum liberal bahkan oleh "jamaah sebelah" yang mengharamkan demokrasi. PKSmenodai ISLAM dari sisi apanya?
Kalau Saudara Ninoy berpendapat Islam tidak mengajarkan berpartai, "apa bedanya dengan organisasi?" Bukankan Partai Politik itu adalah Organisasi? Coba lihat menurut UU No. 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik. Partai Politik adalah organisasi yang bersifat nasional dan dibentuk oleh sekelompok warga negara Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan dan membela kepentingan politik anggota, masyarakat, bangsa dan negara, serta memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Apakah Islam tidak mengatur tentang kemaslahatan umat, sedangkan tujuan partai itu sendiri untuk kemaslahatan umat? Coba para pembaca membuka-buka Shiroh Nabawiyah bagaimana Rasulullah membangun Madinah (keyword : kelompok-kelompok, hizbun, ahzab).
Para kader PKS dengan sangat lantang selalu berteriak di mana-mana tentang dakwah, namun dalam prakteknya yang dilakukan oleh PKS niatnya adalah kampanye.Ini yang saya maksud "prasanga-prasangka yang perlu diluruskan". Kalau orang-orang yang paham tentang awal berdirinya partai ini mungkin akan berpendapat berbeda. PKS lahir dari sebuah gerakan Dakwah yang kegiatannya tidak akan mati sampai akhir dunia ini. Lahirnya PKS sebagai sebuah lembaga organisasi nasional hanya sebagai alat untuk berparlemen di negara ini. Ini perlu dipahami. Apakah semua urusan dakwah kader-kader PKS berbau kampanye? Bisa jadi iya, bisa jadi tidak. Apakah salah jika suatu Organisasi/Partai Politik memberi pencerahan dan pembelajaran kepada masyarakat? Saya pikir itu bagus. Ingatkemaslahatan umat. Terlepas dari masyarakat simpati dengan organisasi itu atau tidak. Menuju ke kalimat selanjutnya...
Melalui dakwah PKS menggiring para jamaah pengajian untuk memilih PKS. Padahal kader PKS juga tahu bahwa ‘innamal a'malu binniyat’ bahwa amal tergantung niat.Kalimat ini kontra produktif saya rasa. Penulis tahu sendiri ini masalah niat. Siapa yang bisa tahu niat masing-masing orang? Saya tidak tahu apakah Saudara Ninoy mampu mengetahuiniat setiap kader-kader PKS. Bukankah urusan niat itu hubungan antara manusia dan tuhannya?
Sekali lagi PKS lahir dari sebuah gerakan Tarbiyah, gerakan Dakwah. Ketika menjadi partai, kegiatan dakwah tetap tidak dihilangkan (terserah tanggapan orang di luar), yang jelas kegiatan itu wajib berjalan.
Kita tahu bersama bahwa Islam juga mengurusi negara. PKS mempunyai konsep pemerintahan yang dilandasi Alquran dan Sunnah. Apakah salah jika PKS meng-syiarkan hal itu?
Setahu saya, setiap pengajian yang dibuat oleh ustadz dari PKS tidak semua mengatasnamakan partai. Contohnya, Ust. Salim A. Fillah yg saya tahu adalah kader PKS. Sangat jarang membawa nama-nama PKS dalam setiap kajiannya. Silahkan koreksi, silahkan 'tabayyun' dulu, sebelum kita berprasangka yang tidak-tidak. Lanjut ke kalimatberikutnya...
Maka jika niat beribadah dicampuradukkan dengan politik dan kekuasaan, maka jelas niat tersebut bukan niat untuk beribadah melainkan niat untuk memperoleh kekuasaan atas nama kegiatan agama.Coba bayangkan ketika para pemimpin-pemimpin kita di Indonesia adalah orang-orang yang taat beribadah, orang yang paham agama, orang yang takut Tuhannya dan mereka-meraka itulah yang paham berpolitik. "Betapa Indahnya Indonesia".
Coba kita buka kembali kisah-kisah para Khalifah, kisah-kisah kerajaan-kerajaan Islam. Ketika mengurus negara, mengelola kekuasaan didasarkan atas Ibadah takut pada Tuhannya, serta memperjuangkan agama. Bukankah setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawabannya?
Penggunaan istilah partai dakwah - asal tidak dibumbui dengan kata Islam - biarkan saja. Biarkan PKS berdawah dengan caranya sendiri. Harus ditarik secara tegas bahwa PKS bukanlah Islam dan Islam bukanlah PKS.PKS jelas partai yang berasaskan Islam. Tapi ISLAM jelas bukan PKS. Islam adalah agama yang sebenar-benarnya agama sedangkan PKS adalah organisasi yang sewaktu-waktu punya kesalahan. Biarkan kami berdakwah dengan cara kami sendiri, selama tidak keluar dari koridor aqidah. Saya rasa itu jelas.
PKS tidak bisa mengklaim bahwa PKS mewakili Islam - seperti yang dilakukan oleh Muhammadiyah, NU, Persis, bahkan FPI. FPI jelas posisinya meskipun ekstrim. Namun PKS jelas sebagai partai. Partai adalah alat untuk mencari kekuasaan duniawi.Saya juga belum pernah mendengar secara terang-terangan bahwa PKS mewakili Islam Indonesia seluruhnya. PKS hanya partai yang menghimpun umat Islam yang percaya dengan langkah-langkah PKS sama seperti PKB, PBB, PPP, PAN. PKS juga bukan Ormas seperti Muhammadiyah, NU dan FPI. Saya tidak tahu apakah saudara Ninoy paham akan hal itu. Sungguh kerdil ketika menganggap partai sebagai tempat mencari kekuasaan duniawi. Entah di partai lain seperti itu, tapi di PKS, sangat-sangat kerdil ketika ini hanya menyangkut urusan duniawi sedangkan akhir manusia ada di akhirat. Saya pikir kader-kader PKS orang-orang yang takut pada Tuhannya, Allah SWT. Mereka tahu akan hal itu.
PKS tidak memiliki hak moral yang mampu digunakan sebagai alasan untuk mengangkat dirinya seperti Hizbut Tahrir, Muhammadiyah, NU, Persis yang jelas memiliki legitimasi berdakwah karena memang alat perjuangan dakwah Islam.Sekali lagi PKS buka Ormas Islam. PKS adalah partai politik. Penjelasannya sudah di atas. PKS tidak bisa dilepaskan dari fundamentalnya. Lahir dari Gerakan Dakwah. Perlu di ingat,Hizbut Tahrir itu partai. Tapi mempunyai ideologi yang berbeda dengan PKS. Mereka tidak setuju dengan Demokrasi yang dianggap 'system kufur'.
"Apakah salah jika PKS ikut berdakwah?" Bukankah Allah mengatakan sampaikanlah walau satu ayat?
PKS hanya alat mencari kekuasaan duniawi - bahkan korupsi seperti yang dilakukan oleh Luthfi Hasan Ishaaq - menodai dakwah PKS - bukan dakwah Islam.PKS hanya cari kekuasaan duniawi, Ini pemikiran sangat sempit!! Kami tidak dididik berpikir kerdil seperti itu, sedangkan masalah akhirat jauh lebih penting. Insya Allah, Allah yang tahu.
Masalah Ust. Luthfi Hasan, biarlah hukum yang berjalan. Kalau memang salah, yah dihukum. Tapi saya masih percaya sosok Ust. LHI. Melihat sejarah tokoh-tokoh Islam, banyak yang dipenjara dengan berbagai macam tuduhan yang setelah bebas, sangat sulit dibuktikan. Contoh M. Natsir, Erdogan, Mursi, dll. Semoga ini cara Allah meningkatkan derajat seseorang. Itulah Islam, jangankan di zaman kita, di zaman Rasulullah pun tetap ada perlawanan terhadap orang-orang yang memperjuangkan Islam. Silahkan lihat sirah kembali.
Jika PKS memiliki legitimasi sebagai representasi Islam, maka sudah seharusnya 85% penduduk Indonesia akan memilih PKS - seperti lebih dari 130 juta warga Nahdliyin NU dan 80 juta warga Muhammadiyah.Perlu diketahui bahwa di dalam struktur PKS terdiri dari berbagai kalangan. NU,Muhammadiyah, semua ada. Contoh Ust. Anis Matta yang berlatar belakangMuhammadiyah. Sekolah di pesantren Muhammadiyah dan dulunya mantan Ketua PemudaMuhammadiyah. Selain itu ada Ust. Hidayat Nurwahid yg juga berlatar Muhammadiyah. Ada Ust. Machfud Siddiq, Salim Segaf Al Jufri yang berlatar belakang NU dan masih banyak lagi para pimpinan PKS yang lain.
Kita perlu cerdas berpikir, dengan alasan PKS partai Islam 'seharusnya Muhammadiyah dan NU harus pilih PKS', kita terlalu egois berpikir seperti itu. Bukankah ada PKB, PPP, PBB yang berlatar belakang NU dan PAN yang berlatar Muhammadiyah? PKS terdiri dari banyak latar belakang.
PKS harus belajar dari partai AKP di Turki yang mampu dengan eloknya memenangi kekuasaan di Turki tanpa melukai banyak pihak.
Emm… sepertinya ini menarik. Untuk lebih jelasnya silahkan cari sejarah tentang AKP. Hubungan PKS dan AKP sangat erat. Sabtu dan Ahad kemarin Struktur DPP PKS berada diTurki dalam rangka Konsolidasi Kader Internasional. Orang-orang PKS sepertinya jauh lebih tahu.
PKS harus segera menghentikan berbagai tuduhan musyrik, kafir, murtad, munafik kepada orang Islam dan non-Islam yang berseberangan dengan PKS.Kalau ini saya sangat setuju, jangan sekali-kali mengatakan orang lain yang masih se-aqidah itu kafir, musyrik, murtad, munafik. Setahu saya, kami tidak diajarkan seperti itu, dan sangat-sangat tidak diperbolehkan. Saya ingin memastikan siapa kader-kader PKS yang seperti itu? Apakah dia betul-betul kader atau hanya simpatisan saja. Saya mengajak untuk sedikit cerdas dalam berpikir dan menganalisa. Kalau perkataan-perkataan seperti itu hanya ada di dunia KOMPASIANA, emmm…… tidak bisa dipertanggungjawabkan. Semua orang bebas mengklaim dirinya sebagai kader di forum ini. Termasuk saya sendiri. Dan bisa saja, saya bukan kader dan sok merasa kader menulis seperti ini. Tapi silahkan cari latar belakangsaya :). Sayangnya saya belum terverifikasi, masih menunggu moderator.
Sekali lagi saya juga tidak setuju dengan kalimat-kalimat di atas yg katanya diucapkan oleh kader.
Kader PKS jangan pula mengangkangi dan menguasai surga dengan pernyataan-pernyataan bahwa meninggalkan PKS sama dengan meninggalkan Islam. Ini jelas kebablasan.Emmm… sangat ngeri perkataan dari Kader PKS seperti ini. Siapakah beliau, alangkah baiknya ada screen shot tentang perkataan seperti itu. Tapi kalau itu ucapan langsung yang disodorkan ke saudara Ninoy, dan memang jelas dia kader, sungguh sangat disayangkan dan perlu di pertanyakan tarbiyahnya. Tapi belum tentu dia kader.
Maka dengan sangat sadar di Kompasiana muncul istilah untuk meluruskan perbedaan pandangan politik dan agama dengan munculnya istilah agama PKS. Istilah agama PKS muncul bertebaran di Kompasiana gara-gara PKS selalu mengaitkan PKS dengan Islam.Saya juga baru tahu kalau ada yang mengangkat Agama PKS, sungguh lucu rasanya. Dan semoga itu hanya ada di KOMPASIANA :). Saya ingat isu-isu seperti ini sudah biasa bagi PKS. "Apakah ini ide-ide dari para Islam Liberal?" Setahu saya musuh PKS di media itu para kaum Islam Liberal di bawah kekuasaan Ulil. Kebencian ke PKS itu sudah nyata adanya.Tapi biarlah, biar nanti kita lihat kedepannya.
——————————————————————–
Pesan Buat Para Pembaca
PKS tidak sesempurna yang kita pikirkan, PKS punya banyak kekurangan, PKS punya banyak kesalahan. Tentunya PKS tidak akan berlarut-larut pada kesalahan itu. Maka perlu bantuan buat masyarakat untuk tetap memantau. Jika anda peduli dengan PKS maka doakanlah bukan hanya kritikan dan hujatan saja.
Beri solusi untuk Indonesia jika kita ingin melihat Negeri ini baik, jangan sibuk menjadi komentator yang yang mem-fungsikan kinerja lidah saja. Kita punya tangan, kaki, jari, mata telinga dan organ lainnya untuk beraktifitas melakukan kegiatan-kegiatan yang kecil untuk merubah sesuatu yang besar untuk negara ini.
Diakui maupun tidak diakui, PKS masih menyimpan harapan buat negeri ini. Insya Allah PKS akan tetap berlayar ditengah amuk badai gelombang.
PKS adalah partai kader yang mengutamakan Pembinaan. Siapapun berada didalamnya harus mengikuti aturan-aturan pembinaan partai, karena PKS adalah School of Leadership.Orang-orang biasa dibentuk menjadi orang-orang luar biasa, Office Boy (OB) -pun berhak punya peran mengurus negara, maka di PKS mereka bisa belajar bersama.
PKS berisi kader-kader yang intelektual. Terbukti dengan hadirnya 7000-an kader di luar negeri sebagai mahasiswa yang Insya Allah akan berguna bagi negara. Selain itu, tokoh-tokoh PKS yang yang mempunyai tingkat pendidikan Prof, Dr, Ir, juga tidak bisa di hitung jari. Hal ini terbukti dengan banyaknya peneliti-peneliti jebolan luar negeri dari PKS yang punya pengaruh banyak buat negeri ini. Salah satunya Ust. Dr. Warsito yang penemuannya sudah diakui dunia. (Keyword: Dr. Warsito Ilmuan Indonesia). Hal ini menunjukkan kualitas partai ini tidak bisa dianggap enteng.
PKS bukan sekedar partai yang berada pada lingkaran sikap busuk para politikus, PKS berusaha menghadirkan perpolitikan elegan dengan menghadirkan Cinta didalamnya. Cintayang mengubah permusuhan jadi sahabat, mengubah politik busuk menjadi lebih bernilai.
PKS bukan sekedar partai yang ingin memegang kendali di Indonesia tetap juga menyimpan misi kemanusiaan, misi peradaban. Maka bantu PKS mewujudkan itu.
—————–
Mungkin cukup sampai di sini. Sepertinya penjelasan sudah sangat panjang.
Pelajaran yang perlu kita ambil adalah sebelum kita melontarkan sesuatu ke publik, alangkah baiknya proses klarifikasi itu sudah ada. Sehingga berita-berita dan tuduhan itu tidak bernada hasutan.
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (QS. Al-Hujurat: 6)
Mengenai QS. Al-Hujurat ayat 6 ini, Syaikh Ali As Shabuni memberikan tiga poin penilaian penting:
1. Bahwa ayat ini termasuk ayat yang mengajarkan adab dan akhlak yang baik, yaitu keharusan mengklarifikasi akan suatu berita agar tidak mudah mengikuti kabar berita yang tidak bertanggung jawab. Dan juga tidak mudah menghukumi orang dengan berbekal informasi yang samar dan tidak pasti kebenaranya. Sebab salah-salah jika tidak mengindahkan adab ini, maka akan menzalimi orang lain dan membuat fitnah atau kerusakan atas suatu kaum.
2. Hikmah disyariatkannya bertabayun akan suatu berita ini adalah agar umat muslim tidak mudah terprovokasi berita-berita tidak bertanggung jawab yang disebarkan oleh musuh-musuh islam. Di mana dewasa ini musuh-musuh islam senantiasa menghembuskan berita-berita sesat ditengah umat islam, dengan tujuan untuk membuat permusuhan antar sesama umat dan merusak agama serta ukhuwah islamiyah.
3. Fitnah dan kerusakan ditengah umat diawali dengan adanya suatu kedustaan dan hasutan. Maka dari itu janganlah mengikuti kedustaan, cek dan teliti lebih dalam dan cermat agar tidak mengikuti suatu kedustaan. Dan hendaknya tidak mudah terhasut dengan cara menjadi manusia cerdas yang gemar melakukan klarifikasi antar sesama agar adanya suatu kejelasan dan kelancaran komunikasi antar sesama.
Maafkan saya yang lemah ilmu ini.
Sebelumnya permohonan maaf kepada Saudara Ninoy N Karundeng ketika ada kesalahankata, tidak ada niat untuk menjatuhkan, tulisan ini hanya impact dari tulisan yang Saudara buat, guna memberi edukasi kepada pembaca dan memberi penyeimbang.
Kesalahan datangnya dari pribadi yang kadang khilaf ini dan seluruh kebenaran tulisan inidatangnya dari Rabb sang pemberi Ilmu Allah SWT.
SALAM CINTA BUAT PARA KOMPASIANA
By @pondokkeadilan
Munzir Arsyuddin
http://politik.kompasiana.com
0 komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan komentar anda di sini !